Powered By Blogger

Kamis, 10 April 2014

Anak Yang Patuh

Kisah ini selalu berawal dari kepatuhan terhadap seseorang.

Di awali dari suatu diklat yang mengumpulkan beberapa SDM istimewa yang mempunyai misi yang sama untuk ikut berpartisipasi membangun pemerintah kabupaten bogor menjadi Nomor satu di Indonesia.

Berkumpul dari beberapa daerah untuk mendapatkan pembekalan yang cukup guna menghadapi dan merubah citra pegawai yang buruk menjadi lebih baik lagi.

Terdapat seorang yang mempunyai paras polos tanpa beban bagaikan kosong entah mau diapakan mau dibawa kemana kami ini. Ternyata pembekalan fisik pun sdh dimulai dengan berlatih PBB singkat. Pagi sholat Subuh, dilanjutkan Olahraga Pagi, Makan Pagi, Mandi, Apel Pagi, Masuk Kelas, Snack Pagi, Masuk Kelas, Makan Siang, Sholat Dzuhur, Masuk Kelas, Snack Sore, Sholat Ashar, Masuk Kelas, Makan Malam, Sholat Maghrib, Mandi, Sholat Isya, Masuk Kelas, Apel, Istirahat Malam

Sebelum mengikuti diklat ini, kisah ini harus diawali dengan kisah cinta. Semenjak di bangku SMP, remaja di suatu kelas yang biasanya saling menyukai satu sama lain,  namun N (inisial) mempunyai pasangan orang lain. Sedangkan I (inisial) juga mempunyai pasangan yang lain. Keduanya tak merasa bahwa mereka akan bersatu saat dewasa nanti. SMA pun menjadi saksi bahwa kedua abg ini mulai tertarik satu sama lain. Dengan intensitas sms dan tlp membuat mereka semakin dekat.

Hingga akhirnya Ujian Masuk Perguruan Tinggi pun tiba. N yang memang sangat patuh dan taat kepada orang tua nya. Mengikuti saran orang tuanya untuk mengikuti SBMPTN. Alhamdulillah lulus di UN jurusan Pendidikan Ilmu Informatika. Latar belakang orang tua pun sangat terdidik dan terpandang. Seorang ayah yang berprofesi sebagai guru sejarah (Kepsek SMAN 1 Ciamis) dan seorang ibu yang merupakan staf BPPT.

I mengikuti Ujian Masuk di UGM dan alhamdulillah lolos jurusan kimia. Awal perkuliahan agak berkurang alias menjauh satu sama lain dikarenakan fokus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ketika kelulusan sarjana sudah mendekat. Kedua insan ini mulai membangun komunikasi kembali.

Hingga akhirnya N mengikuti tes di kabupaten bogor sedangkan I mengajar sebagai Asdos B.Inggris sambil meneruskan Pendidikan Strata Dua nya di Bidang Kimia.

Tahun ini sebetulnya adalah target menikah mereka karena bersamaan dengan Naik Haji nya kedua orangtua N. Maka diundur tahun depan. Semoga mereka sukses dunia dan akhirat.

Dibalik obsesi orang tua N, sesungguhnya N sangat ingin mengenyam pendidikan bahasa. Karena N sangat menyukai sastra. Mungkin ingin jadi pujangga hehe. Karena peminat ya kurang dan tidak mendapatkan ijin ortu maka N menuruti kedua orang tua semata2 untuk taat dan patuh nya.

Poin yang dapat dipetik adalah secara tidak sadar keputusan orang tua sangat lah yang terbaik. Walau di mata kita seorang anak yang selalu pesimis terhadap keputusan orang tua. Yang perlu diingat mereka (ortu) sudah hidup lebih lama dibanding kita. Maka sudah sepatutnya kita hormat dan sayang kepadanya. Mereka sudah merasakan pahit getir kehidupan dibanding kita yang belum apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar